Neon Untuk Ibu
Malam ini semakin gelap saja
rasanya. Untuk kamu yang ada dibawah naungan neon, kamu tak bisa merasakannya.
Malam ini semakin mencekam gelapnya, dinginnya semakin menusuk. Sama seperti
malam kemarin dan malam lainnya. Ahh, andai saja didesaku ada listrik, mungkin
malamku takkan pernah segelap ini. Sudah 18 tahun aku bernafas dibagian bumi
ini dan... Intinya tak pernah ada yang beda dari malam sebelumnya dalam
hidupku.
Mataku terpejam sesekali. memanndang
langit malam dengan sedikit hampa. Aku tersadar mulai ada yang berbeda.
Langitnya semakin gelap saja, hujan mungkin akan segera berjatuhan. Mata ini
sesungguhnya berat untuk berjatuhan. Mata ini sesungguhnya berat untuk terjaga.
Tapi otak ini terus saja memutar
pertanyaan-pertanyaan. Apakah aku salah tempat? Mengapa malamku tak pernah
seterang yang lain?
Kulihat malam semakin larut saja,
aku putuskan untuk segera mengakhiri ratapan malamku kali ini. Ada sedih yang
tergores ketika melihat malaikat tanpa sayapku tertidur dalam gelap. Samar-samar
kulihat garis lelah tergurat diwajah ibuku. Dia bahkan hampir 50 tahun harus
merasakan malam penuh warna kuning lampu cempor. Ingin rasanya aku bisa
menerangi malamnya dengan neon.
Ini sudah akhir tahun. Mimpi-mimpi
yang sudah ku susun dan direncanakan setahun penuh kemarin harus bisa
kuwujudkan.Dimulai dari esok, ya, ditahun yang baru. Esok mentari baru kan
datang, bersama energi baru penembus gelapnya malam. Bu, tunggu aku. Kan kubawa
neon untuk terangi malammu.
0 komentar:
Posting Komentar